Tuesday, November 17, 2009

Maktab 22 Jarwal

Sebelum waktu maghrib datang kami semua sudah tiba di maktab, bis-bis kembali antri untuk menurunkan penumpang. Kondisi jalan di depan maktab sangat padat, karena selain orang-orang lingkungan sekitar yang berlalu lalang, bis-bis besar yang mengangkut jamaah, barang-barang yang dibawa oleh jamaahpun harus ikut diturunkan dari bis. Karena kita masuk ke dalam penerbangan gelombang dua yang pertama, maka di maktab 22 ini kloter 38 adalah jamaah yang pertama menempatinya. Maktab ini terletak di daerah yang bernama Jarwal, tepatnya di dekat sektor 5. Kebanyakan penghuni di maktab sekitar Jarwal ini adalah jamaah Indonesia, Pakistan dan India.




Alhamdulillah, rombongan kami yg diketuai oleh Bpk Bukroni, menempati lantai satu sehingga bila naik cukup dengan menggunakan tangga, tidak perlu memakai lift. Kamar ibu-ibu dan bapak-bapak dipisah, dan Alhamdulillah kamar saya dan suami tidak terlalu jauh jaraknya, hanya agak membelok sedikit. Kamar suami sangatlah dekat dengan akses tangga dan lift.
Saya menempati kamar dgn 7 orang penghuni yaitu: Bu Dartini, Mbak Anita Silalahi, Mbak Ria Maria, Mbak Yuli, Mbak Nasuha, Mbak Inda dan saya sendiri. Kebetulan sayalah yang paling muda diantara mereka.

Suami saya satu kamar dengan, Pak Jacob, Pak Jani, Pak Sutrisno (karu = ketua regu kami), bapaknya pak Sutrisno, dan pak Saukani.


Foto: tampak depan maktab 22 no rumah 254









Foto: Entrance Maktab 22



Foto: tempat tidur saya di kamar nomor 132



Setelah menaruh beberapa barang bawaan di dalam kamar, kami langsung bersiap untuk melaksanakan umrah wajib. Saya, suami, Pak Apri, Mbak Nining, Bu Andi, Bu Aisyah, dan ada beberapa ibu lain berencana berangkat bersama-sama. Kebetulan pak Apri (suami mba Ning) pernah melaksanakan umroh sebelumnya. Sehingga dia lebih mengetahui medan ketimbang saya dan suami yg belum pernah kesini sebelumnya.



Karena jarak yang lumayan jauh untuk menuju ke Masjidil Haram, maka terlebih dahulu kami melaksanakan sholat maghrib dan isya di masjid yang terdekat di sekitar maktab yaitu Masjid Al Qubaisyi. Di masjid ini, bagian untuk perempuan terdapat di lantai 1, dan pintu masuk untuk jamaah wanita berada di samping masjid berbeda dengan pintu masuk jamaah laki-laki. Tangga menuju ke lantai satu agak sepi. Saya agak kaget, karena setelah pintu masuk sebelum menaiki tangga ada seorang laki-laki tua yang sepertinya pengemis.



Jamaah masjid Al Qubaisyi kebanyakan orang Indonesia, orang Nigeria, dan sedikit orang Turki. Saat ingin mengambil wudhu, air tidak satupun kran air yang berfungsi. Saya mulai panik karena waktu sholat Isya sudah dekat sedang saya belum melaksanakan sholat Magrib. Lalu saya melihat tempat aluminium besar, yang ada kran airnya, dan waktu itu saya hanya berpikir bahwa saya harus berwudhu tanpa memperdulikan orang lain. Lalu saya buka krannya dan berwudhu. Tiba-tiba ada orang Nigeria yang menampik tangan saya, lalu berkata-kata yang sudah pasti tidak saya mengerti. Ternyata dia melarang saya menggunakan air tersebut yang setelah saya baca di atas kran airnya bahwa itu adalah air untuk dikonsumsi saja alias untuk diminum. Wah..saya langsung saja berhenti. Lalu saya buru-buru melakukan tayamum. Pengalaman pertama di negeri orang yang tidak akan pernah saya lupakan.




Foto : Masjid Al Qubaisyi (near maktab 22 – jarwal)



Selesai menunaikan ibadah sholat Magrib dan Isya, kami berangkat menuju Masjidil Haram. Dengan menggunakan angkutan dgn ongkos 1 riyal setiap orangnya, dgn hanya memakan waktu 10-15 menit, kami sudah sampai ke areal Masjidil Haram.