Friday, January 25, 2008

Saudi Airlines dan King Abdul Aziz

Nah ini dia si Saudi Airlines sudah siap. Kami antri satu persatu menaiki tangga dan memasuki pesawat. No bangku saya 133, suami 132 dan teman 1 regu kami bu Arabia di no 134. Beliau lebih memilih di pinggir lorong jalan dibanding di jendela, jadi saya menggantikan tempatnya yg sebetulnya merupakan nomor bangkunya. Jam 6 pagi pesawat mulai take off.

Selama 10 jam kita akan berada di atas pesawat dengan ketinggian lbh dari 10.000 kaki diatas permukaan laut. Bila kita tidak pasrah, apalagi yang dapat kita lakukan. Belum lama duduk, kami langsung mendapat jatah makan pagi kami. Alhamdulillah, rasa lapar ini dapat diakhiri. Selama di dalam pesawat, ada yang berdzikir, beristirahat (tidur), membaca buku, Al Qur'an, ada juga yang sedang berbincang-bincang dengan teman sebangku. Yang paling tidak dapat menahan adalah ke kamar kecil. Entah sudah berapa kali aku bolak balik ke kamar kecil...?

Kira2 1-1/2 jam sebelum mendarat, pramugari memberi tahu para jamaah yang akan melaksanakan niat umroh dia atas pesawat, karena dalam beberapa menit lagi kita akan melewati Miqat. Alhamdulillah suami sudah berganti lengkap dengan pakaian ihram. Ada beberapa juga yang belum berihram.

Note:
sebelum landing kami mendapat makan siang terlebih dahulu dan mendapat 1 boks kueh & kurma dari Saudi Airlines

Allohumma labbaika umratan…. (Aku memenuhi panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah umrah)

Setelah berniat, di sepanjang perjalanan kita terus bertalbiyah. Hingga saat pemberitahuan untuk pendaratan. Fasten your seat bealt. Tanggal 30 November 2007, waktu menunjukkan pukul 11.00 siang WAS. Berarti waktu zuhur belum masuk. Alhamdulillah, pesawat boing 747 dgn no penerbangan SV 2505 mendarat dgn mulus, inilah pertama kalinya kami menjejakkan kaki di Jeddah, tepatnya di Bandara King Abdul Aziz. Wajah kusut dan lelah para jamaah yang jet lag stlh terbang selama 11 jam berubah segar dan bersemangat. Semangat untuk beribadah terasa membara di hati kami.
Ya Alloh, berilah kepada kami kelancaran dan kemudahan...

Sebelum menaiki shuttle bus untuk menuju ke terminal penumpang, suamiku membantu salah seorang anggota regu kami yang memakai kursi roda, yaitu pak Yacob yang berhaji beserta istri.
Sebelum masuk ke terminal tunggu, kita mendapat beberapa bingkisan berupa buku dan kaset yang dibagikan, mengenai sirik dan perdukunan.

Foto: abi menunggu antrian pemeriksaan paspor


Di ruang tunggu inilah urusan migrasi sudah menunggu. Kita menunggu cukup lama karena pemeriksaan dilakukan secara manual dan satu persatu. Disini kita kembali diuji, sampai dimana kesabaran kita. Loket pemeriksaan paspor ada 5 loket, sedangkan jamaah yang harus dilayani saat itu ada 450 orang, jadi 1 loket melayani 90 orang. Bisa dibayangkan betapa lamanya kita harus antri bila satu orang membutuhkan waktu pemeriksaan 3 menit, berarti sekitar 3-4 jam kami harus mengantri. Semua berebut ingin cepat keluar dari ruang ini, semua merasakan ketidaksabaran. Ada beberapa jamaah yang marah karena tidak sabar. Astaghfirulloh. Padahal untuk apa kita buru-buru, tidak ada yang kita tunggu juga diluar sana.
Dibelakang kami sudah datang menyusul rombongan dari kloter lain yang masuk untuk mendapat giliran selanjutnya.

Di tempat ini kita bertemu bu Rusdah, beliau adalah pemilik warung nasi di daerah jalan Bangka, yang sering kita kunjungi bila ingin sarapan pagi sebelum ngantor. Beliau memang secara kebetulan satu kloter dgn kita. Jadi kita baru tahu kalau kita satu rombongan pada saat beberapa minggu lagi kita berangkat. Senangnya bertemu orang yang telah kita kenal, diantara sekian banyak orang.

Alhamdulillah, stlh selesai pemeriksaan paspor, kami menuju ruangan yang isinya koper-koper, Alhamdulillah karena kami masuk ke antrian terakhir, koper hanya tinggal beberapa buah saja, sehingga tidak terlalu sulit bagi kami untuk menemukan koper kami. Pemeriksaan koper di ban berjalan berjalan lancar. Tidak ada pemeriksaan yang kabarnya super ketat. Diluar ruang paspor, kami kembali diperiksa oleh petugas yg kelihatannya lbh tinggi jabatannya. Setelah itu lalu kita telah terbebas dari urusan dokumentasi. Dari sini dapat kita lihat kemegahan Bandara Internasional King Abdul Aziz.

Bandara tersibuk, terpadat, apalagi saat musim haji begini, beroperasi 24 jam penuh, yang menjadi tempat transit utama seluruh jamaah yang datang ke tanah suci yang menggunakan pesawat terbang.
Bangunan terminal King Abdul Aziz ini atapnya berbentuk kerucut mirip tenda2 di Arafah dan Mina. Membentang setinggi 30-an meter an saling berangkaian satu sama lain sehingga bentuknya menyerupai perkemahan. Terdapat kafetaria, tempat penjualan kartu hp dan recharge card, juga kios2 penjual asesori.


Foto: Langit-langit














Karena saat itu waktu masih menunjukkan pukul 01.00 siang WAS, jadi udara memang terasa panasnya. Kami diarahkan oleh petugas (yang sepertinya para mukimin mahasiswa indonesia yang bekerja part timer saat musim haji) ke tempat aula khusus untuk tempat penampungan sementara jamaah indonesia. Di tempat penampungan ini, beberapa jamaah melakukan mandi sunat, berihram dan melakukan sholat sunat ihram.
Alhamdulillah kami telah berniat ihram saat dipesawat.

Karena jamaah yang berdatangan dari berbagai penjuru dunia, termasuk beberapa rombongan jamaah indonesia dari Jawa dan Sumatra, maka pemberangkatan menuju Mekkah pun harus antri. Menunggu bis yang akan mengangkut kita untuk menuju Mekkah. Paspor jamaah dikumpulkan dan disimpan oleh pengurus maktab.

Hari mulai sore ketika giliran kami untuk berangkat. Sebelum bis berangkat, kami mendapat jatah makan siang dan buah jeruk. Alhamdulillah, perut sudah berteriak meminta jatahnya. Jarak dari Jeddah ke Mekkah kuang lebih 74 km itu dapat ditempuh kurang lebih 2 jam. Di perjalanan, kami mampir sebentar ke Pilgrim Centre untuk pembagian makan malam, 1 box berisi kurma dan beberapa jenis makanan khas Arab, plus 1 botol kecil air zam2. Alhamdulillah.

Terminal Haji - Bandara Soekarno Hatta

Jum'at tanggal 30 November 2007, sekitar jam 02.00 pagi kami dikumpulkan kembali di aula embarkasi. Bersiap untuk berangkat. Bis sudah menunggu. Kami semua masuk ke dalam bis sesuai dgn rombongan yang telah ditentukan.

Note:

Ternyata bis tidak ada AC, hanya angin, dan jendela tertutup mati. Mungkin ada kerusakan pada AC. Karena sebab ini pula banyak dari jamaah yang complain. Istighfar perbanyaklah, ini adalah baru sebagian kecil dari cobaan yang Alloh berikan.

Alhamdulillah kami sampai di terminal Haji Bandara Soekarno Hatta. Harus antri untuk masuk ke dalam ruang tunggu, karena tas jinjing harus diperiksa. Disini sebelum masuk para petugas diluar memperingatkan utk jamaah tidak membawa cairan berupa samphoo, minyak wangi, air minum, bahkan gunting rambut dan gunting kuku. Saya dan suami pasrah saja, kalau memang nanti diperiksa lalu harus ditinggal ya biarkan saja. Tapi, Alhamdulillah, berjalan dgn lancar dan mulus tidak ada kendala yang berarti. Walau ada beberapa jamaah yang terpaksa membuang barang2 yang disebutkan tadi di luar terminal tunggu.



Selama menunggu siapnya pesawat Saudi Airlines, kami minum teh dan makan roti untuk mengisi perut yg mulai berbunyi. Ada cafetaria yg menyediakan teh, kopi, roti dan makanan kecil lainnya, juga terdapat money changer (tempat penukaran uang). Suami berganti dengan pakaian ihram (kain bawahnya, atas masih memakai baju biasa). Sedangkan saya sudah memakainya sejak dari embarkasi. Insya Alloh kami akan memulai niat ihram di atas pesawat.
Stlhsholat subuh berjamaah kami sudah diberitahu untuk bersiap-siap, karena pesawat sudah mulai siap. Rasa kantuk dan lelah tidak dihiraukan oleh para jamaah, mereka terlihat bersemangat untuk memulai perjalanan panjang ini

bersiap menaiki si Saudi Airlines

Embarkasi Bekasi

Lalu kami berdua, masuk ke dalam aula di embarkasi. Disana sudah berkumpul sekitar 450 orang yg tergabung dalam kloter 38 Depok, Jawa Barat.
Rombongan kami masuk ke dalam rombongan nomor 3 (ini akan berlaku terus sampai berada di Mekkah, Madinah, dan kembali lagi ke Indonesia).


Kami diberi beberapa nasehat dan beberapa aturan di dlm embarkasi ini. Ada sumbangan berupa uang yang harus kami berikan untuk masjid Namirah yang ada di embakasi ini. Tapi besarnya sumbangan sudah ditetapkan, Rp. 25.000,- per jamaah. Semoga Alloh memberi pahala atas apa2 yang sudah kami ikhlaskan.


Setelah itu, sblm kami memasuki asrama, kami diberi nomor kamar. Lalu kami diberi satu tas pinggang berisi obat2an umum dan masker. Alhamdulillah.
Sebelum masuk para ibu2 usia subur menghadapi pertanyaan dari para dokter, “kapan mens terakhir?" "Sudah minum Primolut sejak kapan?” Walau agak sedikit beragumen, aku lolos juga dan langsung di paraf oleh dokter di buku kesehatan. Untuk info saja, saat itu aku belum meminum obat penunda menstruasi, rencanaku memang 7-10 hari nanti sebelum hari menstruasiku. Mudah2an tidak ada kesulitan yang menghadang. Amiien.


see foto above : Lorong kamar di Embarkasi
Setiap kamar di embarkasi terdiri dari 5 tempat tidur tingkat, berarti ada 10 orang di dalam 1 kamar. Kebetulan saya sekamar dgn 3 orang yg satu rombongan dgn saya, sedang 7 org lainnya berasal dari rombongan lain. Tadinya saya mendapat tempat tidur dibawah, tp akhirnya sy diatas, krn ada seorang ibu yg meminta agar dpt tidur dibawah. Namun akhirnya hanya saya saja yg tidur di atas, karena yang lainnya menurunkan kasur2nya ke lantai dan tidur dibawah. Yang penting dapat sedikit melepaskan lelah.


see foto right : kondisi kamar
Jam 11 siang kami dikumpulkan untuk pembagian paspor dan living cost. Paspor diletakkan di tas khusus paspor. Setelah selesai, kami kembali ke kamar masing2.
Di embarkasi kami mendapat makan teratur, dgn system prasmanan. Alhamdulillah, makanannya lumayan enak. Tidak ada kendala dari saya pribadi. Sholat berjamaah di masjid. Berjalan2 sore2 mengelilingi embarkasi. Sore hari saat mandi sore, saya sudah meniatkan diri untuk mandi sunah ihram. Juga membersihkan diri dan menyiapkan diri. Kemudian istirahat tidur, karena besok pagi sekitar jam 02.00 pagi, kami sudah harus bersiap kembali untuk menuju bandara Soekarno Hatta.

Saat Keberangkatan

Labbaikallahumma labbaik, labbaika laa syariikalaka labbaik…
(Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Alloh, tiada sekutu bagi-Mu…)

Tgl 29 November 2007, usai sholat Subuh, mandi, dan berpakaian seragam haji warna hijau telor asin. Sebelum pergi, sholat sunah 2 rakaat dan berdoa agar dimudahkan di dalam perjalanan menuju ke Tanah Suci.

Seharusnya kami berkumpul bersama rombongan kloter 38 di Dep-Ag Depok, tapi kami sudah ijin dgn ketua regu kami untuk berangkat langsung menuju embarkasi Bekasi. Walau kami sebenarnya sudah ikut membayar ongkos transportasi & konsumsi dari Dep-Ag ke Embarkasi dan sebaliknya. Tapi, sudah kami ikhlaskan karena jarak dari rumah Kemayoran ke embarkasi Bekasi tidaklah terlampau jauh, dibandingkan kalau kami harus ke Dep-Ag terlebih dahulu.

Alhamdulillah, sampai di embakasi Bekasi, dan kendaraan dpt masuk ke halaman embarkasi. Bis rombongan kami belum tiba, tapi abinya sudah memberi tahu lewat hp ke ketua regunya bahwa kami telah sampai.

Setelah menunggu kurang lebih 1 jam, bis rombongan kloter kami tiba. Kami menemui terlebih dahulu ketua regu kami, untuk memastikan bahwa kami sudah tiba.

Tibalah saat yang menyedihkan, untuk berpisah dgn anak-anak dan keluarga. Menetes air mata, saat aku mencium Aisha (putriku yg belum genap usia 3 th), teriring do’a utknya agar tetap sehat dan Alloh menyertainya selalu. Aisha belum terlalu mengerti akan kemana orang tuanya pergi, mungkin dia berpikir hanya sehari saja orang tuanya pergi. Lalu Akbar juga kucium, dia sudah mengerti untuk tujuan apa orang tuanya pergi, dan untuk berapa lama. Dia tidak menangis, hanya suaranya tak berhenti memesan mainan2 dan unta. Doaku untuk Akbar juga terucap. Ciuman juga diberikan oleh ke 2 orang tua ku, maafku terucap dan permintaanku kepada mereka untuk menjaga anak2ku. Juga doa keselamatan terucap lewat kedua mertuaku. Semoga Alloh mengijinkan aku dan suamiku untuk dapat kembali lagi menemui orang2 yang kami sayangi ini. Insya Alloh. Amiien.